S1 Sistem Komputer

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
S1 Sistem Komputer

Ini adalah forum buat anak anak Stikom Surabaya jurusan S1 Sistem Komputer.Tempat Sharing dan berbagi ilmu Serta Berbisnis.


    MEMBANGAUN BISNIS WARALABA MUDAH, TAPI MESTI TERUJI

    Detective
    Detective
    moderator
    moderator


    Jumlah posting : 168
    Reputasi : 7
    Join date : 06.11.11
    Age : 34
    Lokasi : Surabaya

    MEMBANGAUN BISNIS WARALABA MUDAH, TAPI MESTI TERUJI Empty MEMBANGAUN BISNIS WARALABA MUDAH, TAPI MESTI TERUJI

    Post  Detective Tue Nov 08, 2011 6:30 am

    Franchise atau waralaba kini tengah booming. Di Solo, cabang-cabang usaha bermodel waralaba juga menjamur, mulai dari bisnis makanan hingga jasa. Namun, waralaba di kota ini masih didominasi oleh label-label asal Jakarta, Jogja, Bandung dan Semarang.

    Meski jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan label luar kota, beberapa produk asal Solo kini mulai berekspansi ke luar kota dengan model waralaba. Sebut saja Istibank, Robota, Nakamura, Bebek Goreng Pak Slamet, Donutsboyz dan Simple Fast. Di luar itu, sebenarnya ada banyak produk yang berpotensi pasar bagus namun belum dijadikan sebagai waralaba.

    “Sebenarnya ada yang menawari saya untuk menjadikan ini sebagai franchise tapi saya masih mempelajari dan belum pengalaman mengelolanya,” kata Dadang Hidayat, pemilik Terang Bulan Mini Mandiri, beberapa waktu lalu. Usaha makanan ini kini sudah memiliki tiga cabang di Kartasura namun semuanya belum berbentuk waralaba. Ketiganya masih berbentuk cabang yang dikelola sendiri oleh Dadang.

    Melakukan ekspansi usaha dengan sistem waralaba memang tidak asal-asalan. Biasanya ada proses panjang yang harus dilalui oleh sebuah usaha sebelum dijadikan waralaba. Tahapan tersebut bisa menjadi ukuran apakah sebuah usaha layak menjadi diwaralabakan atau tidak.

    Waralaba-waralaba besar asal Solo yang kini tengah berkibar juga lahir dengan proses yang panjang. Umumnya mereka butuh waktu beberapa tahun untuk bisa menjadi besar, baru kemudian berekspansi sebagai waralaba. “Idealnya waralaba itu kan menjual nama, bukan hanya jual produk. Jadi produk ini harus dikenal dulu oleh banyak orang,” kata Joko Sutrisno, pemilik Istibank, lembaga pendidikan yang sudah lama menjadi waralaba.

    Karena menjual nama, produk yang ditawarkan memang sudah harus teruji terlebih dahulu di pasar. Menurut Joko, usaha ini pun juga harus teruji sebagai usaha yang menguntungkan. Jadi sebelum menjadi waralaba, sebuah usaha harus sudah untung atau balik modal terlebih dahulu.

    Menurut Joko, sebuah produk paling tidak harus sudah bertahan lima tahun sebelum jadi waralaba. Hal ini penting karena orang yang berhati-hati akan memperhitungkan lamanya usaha sebagai poin penilaian. “Orang yang mau ambil franchise berhak mempertanyakan detail pengelolaan keuangannya, dia berhak meng-crosscheck ke masing-masing outlet,” lanjut Joko. Karena itu, sebuah usaha yang ingin berekspansi dengan sistem waralaba harus berani buka-bukaan tentang keuangan usahanya. Jika tidak, ini akan mengurangi kepercayaan orang untuk menjadi mitra.

    Hal yang sama juga diungkapkan oleh Gus Minging DS, pendiri Nakamura yang bergerak dalam jasa klinik terapi pemijatan. Menurutnya, waralaba bukan sebuah sistem yang bisa diterapkan asal-asalan. Butuh waktu dan proses untuk membuktikan bahwa sebuah usaha layak dijual namanya sebagai waralaba. “Mengelola satu tempat usaha itu berbeda dengan dua tempat, beda lagi dengan tiga tempat, belum lagi 10 tempat. Jadi harus belajar mengelola dulu.”

    Menurut dia, kemampuan seorang pengusaha untuk mengelola lebih dari satu tempat usaha harus benar-benar teruji. Hal ini terkait dengan kesiapan untuk menjamin berbagai masalah, seperti kesiapan suplai produk, suplai SDM, sampai standardisasi pelayanan. Paling tidak, ketiga hal ini sudah bisa terjamin.

    Bukan jalan cepat

    Gus Minging mengingatkan agar waralaba tidak dipandang sebagai cara cepat untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Memang ada banyak usaha yang dengan cepat tumbuh menjadi waralaba. Namun menurut dia, itu bukan proses yang bagus untuk membangun usaha.

    Memang tak ada standar khusus berapa buah cabang yang disyaratkan sebelum menjadi waralaba. Nakamura ditawarkan menjadi waralaba setelah memiliki enam cabang. Lain lagi dengan Istibank yang sudah memiliki 17 cabang sebelum menjadi waralaba seperti saat ini. Lain lagi dengan cerita Solo Leker yang telah menjadi waralaba hanya dalam hitungan bulan. Usaha yang awalnya hanya memiliki dua outlet di Solo ini dengan cepat tumbuh menjadi waralaba dengan lebih dari 55 mitra di seluruh Indonesia.

    Namun, perkembangan itu juga tidak terjadi dengan instan. Nama usaha ini dikenal dengan promosi yang kuat dari pemiliknya, khususnya melalui dua raksasa supermarket Indonesia, Hypermart dan Carrefour. “Ini memang berkembang pesat setelah kami berhasil masuk ke supermarket itu,” kata Hardiyanto Setyadi, salah satu pemilik Solo Leker.

      Waktu sekarang Mon May 20, 2024 1:37 pm